Thomas Bach, Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC), akan segera mengakhiri masa jabatannya setelah memimpin slot depo 10k organisasi tersebut selama lebih dari satu dekade. Selama masa kepemimpinannya, Bach telah menjadi sosok yang tak hanya terlibat dalam dunia olahraga, tetapi juga dalam berbagai isu politik dan sosial yang melibatkan Olimpiade dan hubungannya dengan dunia yang semakin terpecah belah. Dalam wawancara terakhirnya sebelum lengser, Bach berbicara tentang beberapa topik yang sangat relevan: hubungan dengan mantan Presiden AS Donald Trump, pandangannya terhadap atlet transgender, serta pendapatnya mengenai Presiden Rusia Vladimir Putin dan peran Olimpiade di dunia yang semakin terpolarisasi.
Tantangan Terhadap Trump dan Politik Olimpiade
Salah satu perdebatan terbesar yang dihadapi oleh Bach selama masa jabatannya adalah hubungan dengan Donald Trump, terutama terkait dengan kebijakan isolasionis yang diusung Trump selama masa jabatannya sebagai Presiden Amerika Serikat. Trump memutuskan untuk menarik diri dari beberapa perjanjian internasional, termasuk perjanjian Paris tentang perubahan iklim dan Kesepakatan Nuklir Iran. Keputusan ini menimbulkan ketegangan, juga di dunia olahraga.
Bach, yang selalu menekankan pentingnya netralitas politik dalam Olimpiade, mengkritik keputusan Trump yang mengancam penyelenggaraan berbagai acara internasional di AS. Salah satu yang menonjol adalah ketegangan terkait pemilihan kota tuan rumah untuk Olimpiade. Meski Trump berusaha untuk memanfaatkan platform olahraga untuk keuntungan politik, Bach selalu menegaskan bahwa Olimpiade harus tetap bebas dari politisasi, dan bahwa nilai-nilai universalisme yang dianut oleh IOC harus menjadi fokus utama.
Atlet Transgender: Melangkah Menuju Inklusi
Topik lain yang sangat penting bagi Bach adalah isu hak-hak atlet transgender. Sebagai sosok yang memimpin IOC, Bach mendapati dirinya berada di tengah perdebatan besar mengenai apakah atlet transgender harus diperbolehkan berkompetisi dalam Olimpiade sesuai dengan identitas gender mereka. IOC di bawah kepemimpinan Bach mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa kebijakan yang ada tidak diskriminatif dan mencerminkan perubahan sosial yang lebih inklusif.
Pada 2021, Bach dan IOC merilis panduan yang memungkinkan atlet transgender untuk berkompetisi tanpa harus menjalani prosedur medis yang rumit atau pembatasan lainnya. Meskipun banyak negara dan individu yang menentang kebijakan ini, Bach tetap berpegang pada prinsip keadilan dan kesetaraan. Ia berargumen bahwa Olimpiade harus menjadi simbol inklusi dan kesempatan bagi semua atlet untuk menunjukkan bakat mereka tanpa dihambat oleh identitas gender.
Putin dan Dampak Perang Ukraina
Bach juga tidak bisa menghindar dari pertanyaan mengenai pengaruh politik dalam dunia olahraga, terutama mengenai Rusia dan Perang Ukraina. Ketika Rusia menginvasi Ukraina pada 2022, banyak negara dan organisasi internasional menyerukan agar atlet Rusia dilarang berkompetisi dalam Olimpiade. Meskipun IOC awalnya mengimbau agar atlet Rusia diizinkan untuk bertanding dengan syarat tertentu, tekanan politik dari seluruh dunia akhirnya membuat keputusan ini berubah.
Bach menanggapi bahwa IOC tidak seharusnya mendiskualifikasi atlet yang tidak terlibat dalam kebijakan pemerintah mereka. Namun, pada akhirnya, karena situasi yang semakin memanas, kebijakan IOC berubah untuk membatasi partisipasi atlet Rusia, mencerminkan tekanan besar dari komunitas internasional. Meskipun begitu, Bach tetap memegang prinsip bahwa politik dan olahraga harus dipisahkan, meskipun dunia terkadang tidak bisa menghindari peran politik dalam segala hal, termasuk Olimpiade.
Peran Olimpiade dalam Dunia yang Terpecah Belah
Pada akhirnya, Bach memandang Olimpiade sebagai platform global yang dapat menyatukan dunia yang terpecah belah. Dalam wawancara terakhirnya, Bach menekankan bahwa meskipun dunia tengah menghadapi tantangan besar—baik itu perpecahan politik, ketegangan sosial, atau perubahan iklim—Olimpiade memiliki potensi untuk menjadi simbol persatuan dan perdamaian.
Namun, tantangan untuk menjaga netralitas dan keberagaman dalam ajang Olimpiade semakin besar di tengah konflik yang kerap mengarah ke perpecahan internasional. Bach mengakui bahwa meskipun di luar arena kompetisi banyak ketegangan, Olimpiade tetap berdiri sebagai lambang semangat olahraga, persahabatan, dan persatuan antarbangsa.
Kesimpulan
Sebagai pemimpin IOC yang segera lengser, Thomas Bach meninggalkan jejak yang mendalam dalam dunia olahraga dan politik internasional. Kepemimpinannya diwarnai oleh berbagai tantangan besar, termasuk ketegangan politik global, isu hak-hak atlet transgender, serta hubungan dengan tokoh-tokoh dunia seperti Donald Trump dan Vladimir Putin. Meski demikian, Bach tetap mempertahankan prinsip netralitas politik dan inklusi dalam Olimpiade, sembari menegaskan bahwa Olimpiade adalah ruang untuk menyatukan dunia yang terpecah belah. Ketika Bach melangkah mundur dari posisinya, ia meninggalkan warisan tentang pentingnya olahraga sebagai jembatan antara perbedaan, meskipun dunia terus mengalami tantangan dan ketegangan politik yang besar.